Ulasan Tentang Jurnal Seni Rupa

 

1. Judul Jurnal :

Semiotika Batik Larangan Di Yogyakarta

 

1.1 Objek Kajian Seni Rupa dan Desain

Kajian dalam jurnal ini membahas tentang Batik Larangan yang awalnya dibuat untuk para bangasawan keratin dan memiliki aturan-aturan  pemakaian  corak  kain,  baik  menurut  tingkat  kedudukan  seseorang  maupun peristiwa pada waktu apa kain tertentu dipakai. Seiring berjalan nya waktu, batik ini mulai disukai oleh pria maupun wanita. Mulai akhir abad ke-18, Sultan Yogyakarta dan Sunan Surakarta menentukan beberapa pola batik sebagai pola “larangan”.

 

1.2 Pendekatan

Jurnal ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang dilakukan dengan mengambil data berbentuk narasi, cerita detail, terutama untuk mengkaji bagaimana makna yang terkandung dalam motif Batik Larangan. 

 

1.3 Metode dan analisis

Metode yang di pakai adalah metode analisis semiotika dengan melakukan pendekatan kualitatif melalui beberapa sumber bacaan.

 

1.4 Teori

Pada jurnal ini tidak terlalu di tonjolkan tentang teori yang dipakai. Isi jurnal berdasarkan dari beberapa bacaan dengan melakukan pendekatan kualitatif menggunakan metode analisis semiotika.

 

1.5 Kesimpulan

Mempelajari Batik Larangan di Yogyakarta sama hal nya dengan menjaga budaya Indonesia. Masyarakat jawa sangat menjunjung tinggi nilai budaya, dan baginya sebuah pakaian tidak hanya digunakan sebagai penutup tubuh saja, melalui pakaian identintas diri kita bisa ditonjolkan.

 

1.6 Yang menurut saya bisa diteliti dari jurnal tersebut adalah :

Pada Jurnal ini menjelaskan tentang setiap motif pada Batik Larangan memiliki arti dan aturan dan tatacara pada pemakaian batik. Batik Larangan memiliki bebrapa jenis motif, diantaranya : Parang Rusak, Semen Gede Sawat Gruda, Semen Gede Sawat Lar, Udan Riris, Motif Rujak Sente, dan Motif Parang-parangan.

 

Sumber : https://journal.binus.ac.id/index.php/Humaniora/article/view/3260/2644


2. Judul Jurnal :

Ragam Hias Beberapa Masjid di Jawa: Kajian Sejarah Kebudayaan dan Semiotika.

 

2.1 Objek Kajian Seni Rupa dan Desain

Objek pada kajian ini mengenai ragam hias dengan berbagai motif yang merupakan warisan Hindu Budha yang lama kelamaan motif ini bercampur dengan motif yang baru. Inilah sesungguhnya yang disebut sinkretisme budaya.

 

2.2 Pendekatan

Kajian ini menggunakan pendekatan sejarah kebudayaan dengan mengkaji perkembangan ragam hias dikeempat masjid.

 

2.3 Metode dan analisis

Metode yang digunakan adalah content analysis yang bertujuan untuk mengungkapkan fenomena yang meru pakan isi, makna, dan unsur esensial karya seni. Metode ini dilakukan dengan tahap inventarisasi, yakni menginvetarisasi bentuk-bentuk ragam hias yang di interprestasikan.

 

2.4 Teori

Jurnal ini tidak menonjolkan teori yang dipakai, namun dalam jurnal tersebut menyebutkan beberapa tokoh untuk menjadi landasan teori Kebudayaan.

 

2.5 Kesimpulan

Seni rupa klasik Islam dibentuk dengan mengadopsi tradisi seni Hindu yang disesuaikan dengan kebudayaan Islam pada waktu itu. Masuknya pengaruh Islam ke Indonesia tidak mematikan gairah seni Hindu, tetapi justru mendorong semakin suburnya penerapan stilasi dalam mengolah ragam hias.

 

2.6 Yang menurut saya bisa diteliti dari jurnal tersebut adalah :

Berkembangnya ragam hias dari zaman Hindu-Budha sampai Islam sangat banyak, tetapi masyarakat bisa menerimanya, hal ini menjadi bukti adanya toleransi kesenian. Dan generasi berikutnya pun bisa menerima dan mengembangkannya.

 

Sumber : https://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/mudra/article/view/27/2


3. Judul Jurnal :

Pemaknaan Motif Truntum Batik Surakarta: Kajian Semiotik Charles W. Morris

 

3.1 Objek Kajian Seni Rupa dan Desain

Indonesia mempunyai beragam batik dengan setiap motif dan warna mempunyai artinya masing masing. Jurnal ini berisi tentang pembahasan makna motif Truntum batik Surakarta dalam kajian semiotik  Charles  W.  Morris  dan  analisis  psikoanalisa  Freud.

3.2 Pendekatan

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif dengan pengumpulan data diperoleh melalui studi kepustakaan.

 

3.3 Metode dan analisis

Metodologi yang digunakan adalah multidisipliner, menggabungkan pendekatan historis, cultural studies, dan semiotika.

 

3.4 Teori

Jurnal ini menggunakan teori Semiotika model Charles  W.  Morris karena penulis berangapan jika teori tersebut relevan untuk  mengkaji  batik  Surakarta  motif Truntum.

 

3.5 Kesimpulan

Pada awalnya kelahirannya batik dibuat dengan setiap ornament mempunyai makna filosofis yang mendalam. Namun, pada saat ini batik dijadikan produk industri busana yang dibuat massal dan masyarakat lebih mengenal batik sebagai mode bukan jenis motif yang memiliki proses penciptaan dengan  teknik dan nilai yang tinggi.

 

3.6 Yang menurut saya bisa diteliti dari jurnal tersebut adalah :

 Bisa kita lihat melalui batik kita bisa melihat identintas suatu daerah, terdapat beberapa motif dengan filosofinya masing-masing. Jurnal ini menjelaskan motif batik truntum mulai dari filosofi bentuk ornament dan filosofi warna pada batim tersebut.

 

Sumber : https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sutasoma/article/view/51542/20420


Comments

Popular Posts